Di zaman sekarang, pola hidup
pemuda muslim sudah sangat memperihatinkan. Berapa banyak pemuda muslim yang
mengunjungi masjid guna menunaikan sholat fardhu dan kegiatan-kegiatan
bermanfaat lainnya? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji dan menghafalkan
kitabullah? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji ilmu agama? Mereka lebih
senang menghabiskan waktu luang dengan mengujungi tempat-tempat hiburan seperti
Game Center, Rental PS, dll. Padahal jika dilihat dari sisi ekonomi, pergi ke
tempat seperti itu mengeluarkan biaya dan tidak bermanfaat sedikitpun, bahkan
malah membawa bencana. Sedangkan untuk pergi ke masjid, kita tidak usah
mengeluarkan uang sepeserpun. Ditambah lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
di masjid bermanfaat, dan berpahala.
1. Pacaran
di mana-mana, zina di mana-mana, seks bebas merajalela.
2. Merayakan
tiap pergatian tahun baru Masehi, bersukaria, meniup trompet, lomba balapan
liar yang mengganggu ketentraman masyarakat. Bahkan tak jarang wanita kehilangan
kehormatannya di malam tahun baru.
3. Mengaku
Islam namun bahkan tidak tau ke-12 bulan pada tahun Hijriyah. Tahun Masehi (Nasrani)
mereka hafal, namun tahun agamanya sendiri tidak tahu.
4. Terkontaminasi
budaya di luar Islam hingga mereka buta terhadap agamanya sendiri.
5. Fenomena
K-POP, miss gadget, pelajar fesbuk atau otak twit menjadi bahan ejekan
sehari-hari yang justru membuat mereka bangga.
6. Lebih
hafal nama-nama fans atau artis idola mereka, dibanding nama pemuda-pemuda
sahabat Rasulullah SAW yang jauh lebih hebat dari lee Min Hoo. Sebut saja, Zaid
bin Tsabit, Usamah bin Zaid, Mus’ab
bin Umair dan Thalhah bin Ubaidillah.
7. Lebih
hafal lagu-lagu idola mereka, dibanding menghafal ayat-ayat Al Qur’an. Mungkin mereka akan lebih
semangat menjawab ketika ditanya berapa lagu K-POP yang sudah dihafalnya
dibandingkan berapa juz Al Qur’an
yang sudah dihafalnya.
8. Menghabiskan
waktu untuk urusan-urusan yang tidak jelas. Di setiap sakunya ada HP, dengan
merk berbeda-beda.
9. Sangat
hobi berfoto-foto, untuk menampakkan kegenitan diri.
10. Tiada hari
tanpa SMS romantis; tiada hari tanpa “taushiyah” berujung cinta; tiada hari
tanpa meng-up date status di facebook; tiada hari tanpa diskusi sia-sia di
forum internet (diskusi tanpa hasil, tanpa perubahan); tiada hari tanpa
menghabiskan umur percuma.
11. Saat pagi
mereka bangun, komik, novel romantis, dan majalah life style sudah
menanti. Saat Dhuha sebelum keluar rumah, mereka berpantas-pantas diri di depan
cermin, lebih satu jam. Saat siang bertemu kawan-kawan, segala obrolan tentang
kesenangan dan menghabiskan umur. Saat sore, ketika mulai lelah, mereka buka
media-media pornografi. Saat petang menjelang malam, nongkorng di kafe-kafe.
Saat malam telah sempurna, mereka berduyun-duyun mendatangi arena-arena konser
musik. Saat merebahkan badan di tempat tidur, mereka berfantasi hal-hal yang
mesum. Ketika pagi bangun kembali, mereka siap mengulang-ulang “ibadah
hedonisme” seperti itu.
Pemuda hari ini rupanya akan
segera meniti jejak pemuda-pemuda sebelumnya. Mereka hidup, berjalan-jalan kesana-kemari
sebagai raga tanpa jiwa, sebagai diri tanpa missi, sebagai hidup tanpa karya.
Mereka hendak meniti sunnah orang-orang hina, menjalani hidup sekedar
menghabiskan umur. Pembicaraan manusia seperti itu tidak lepas dari 3
urusan saja: cari uang, makan-minum, dan bersenang-senang. Dirinya dianugerahi
kebaikan yang luas, tetapi disia-siakan. Maasyaa Allah...
Pemuda hari ini bukanlah
pemuda yang memiliki missi besar, yang berpandangan jauh ke depan, yang
bertanggung-jawab memikul amanah peradaban Islam, yang siap meletakkan hidupnya
sebagai sebuah bata di antara ribuan bata konstruksi kehidupan Islami. Pemuda
hari ini bukanlah mereka yang berjalan meniti lintasan perjuangan para
pendahulu Salaf yang shaleh. Mereka justru terkurung dalam penjara-penjara budaya
syahwat yang diciptakan Yahudi. Mereka terpenjara dalam lautan hedonisme yang
melemahkan iman dan merusak moral.
Dalam kesepian jiwanya, di
pojok kehampaan hidupnya, para pemuda itu bersenandung, “Ya, aku suka berjuang,
aku militan, aku pembela keadilan. Tetapi aku lebih suka berjuang bersama
akhwat, misalnya melalui SMS, chatting, e-mail, diskusi di internet, atau rapat
bersama mereka sampai larut malam. Aku lebih enjoy berjihad bersama akhwat.
Mereka memicu semangatku, membuatku termotivasi belajar, untuk mengejar nilai
tinggi, serta mempersiapkan karier yang cemerlang. Inilah
inti perjuanganku, inilah jihadku, demi mencapai Ridha Allah, demi fid dunya
hasanah wa fil akhirati hasanah, waqina adzaban naar. Na’udzubillah... Sejauh
itukah keadaan para pemuda kita? Hanya kepada Allah kita berharap karunia dan
menyandarkan pertolongan.
Selagi para pemuda itu tidak
mau keluar dari dunia hedonismenya… Selagi mereka terus menghabiskan umur
percuma… Selagi mereka tidak menyadari life style yang diciptakan
Yahudi… Selagi mereka anti militansi untuk membela Islam… Selagi mereka
menjalani hidup sebagai manusia-manusia tanpa jiwa… Maka akibatnya, suramlah
masa depan Islam, suram nasib kehidupan manusia, bahkan suram juga masa depan
mereka sendiri. Na'udzubillaah...