Rabu, 23 Mei 2018

KONDISI PEMUDA ISLAM SEKARANG

Di zaman sekarang, pola hidup pemuda muslim sudah sangat memperihatinkan. Berapa banyak pemuda muslim yang mengunjungi masjid guna menunaikan sholat fardhu dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji dan menghafalkan kitabullah? Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji ilmu agama? Mereka lebih senang menghabiskan waktu luang dengan mengujungi tempat-tempat hiburan seperti Game Center, Rental PS, dll. Padahal jika dilihat dari sisi ekonomi, pergi ke tempat seperti itu mengeluarkan biaya dan tidak bermanfaat sedikitpun, bahkan malah membawa bencana. Sedangkan untuk pergi ke masjid, kita tidak usah mengeluarkan uang sepeserpun. Ditambah lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masjid bermanfaat, dan berpahala.
1.      Pacaran di mana-mana, zina di mana-mana, seks bebas merajalela.
2.      Merayakan tiap pergatian tahun baru Masehi, bersukaria, meniup trompet, lomba balapan liar yang mengganggu ketentraman masyarakat. Bahkan tak jarang wanita kehilangan kehormatannya di malam tahun baru.
3.      Mengaku Islam namun bahkan tidak tau ke-12 bulan pada tahun Hijriyah. Tahun Masehi (Nasrani) mereka hafal, namun tahun agamanya sendiri tidak tahu.
4.      Terkontaminasi budaya di luar Islam hingga mereka buta terhadap agamanya sendiri.
5.      Fenomena K-POP, miss gadget, pelajar fesbuk atau otak twit menjadi bahan ejekan sehari-hari yang justru membuat mereka bangga.
6.      Lebih hafal nama-nama fans atau artis idola mereka, dibanding nama pemuda-pemuda sahabat Rasulullah SAW yang jauh lebih hebat dari lee Min Hoo. Sebut saja, Zaid bin Tsabit, Usamah bin Zaid, Musab bin Umair dan Thalhah bin Ubaidillah.
7.      Lebih hafal lagu-lagu idola mereka, dibanding menghafal ayat-ayat Al Quran. Mungkin mereka akan lebih semangat menjawab ketika ditanya berapa lagu K-POP yang sudah dihafalnya dibandingkan berapa juz Al Quran yang sudah dihafalnya.
8.      Menghabiskan waktu untuk urusan-urusan yang tidak jelas. Di setiap sakunya ada HP, dengan merk berbeda-beda.
9.      Sangat hobi berfoto-foto, untuk menampakkan kegenitan diri.
10.  Tiada hari tanpa SMS romantis; tiada hari tanpa “taushiyah” berujung cinta; tiada hari tanpa meng-up date status di facebook; tiada hari tanpa diskusi sia-sia di forum internet (diskusi tanpa hasil, tanpa perubahan); tiada hari tanpa menghabiskan umur percuma.
11.  Saat pagi mereka bangun, komik, novel romantis, dan majalah life style sudah menanti. Saat Dhuha sebelum keluar rumah, mereka berpantas-pantas diri di depan cermin, lebih satu jam. Saat siang bertemu kawan-kawan, segala obrolan tentang kesenangan dan menghabiskan umur. Saat sore, ketika mulai lelah, mereka buka media-media pornografi. Saat petang menjelang malam, nongkorng di kafe-kafe. Saat malam telah sempurna, mereka berduyun-duyun mendatangi arena-arena konser musik. Saat merebahkan badan di tempat tidur, mereka berfantasi hal-hal yang mesum. Ketika pagi bangun kembali, mereka siap mengulang-ulang “ibadah hedonisme” seperti itu.

Pemuda hari ini rupanya akan segera meniti jejak pemuda-pemuda sebelumnya. Mereka hidup, berjalan-jalan kesana-kemari sebagai raga tanpa jiwa, sebagai diri tanpa missi, sebagai hidup tanpa karya. Mereka hendak meniti sunnah orang-orang hina, menjalani hidup sekedar menghabiskan umur. Pembicaraan manusia seperti itu tidak lepas dari 3 urusan saja: cari uang, makan-minum, dan bersenang-senang. Dirinya dianugerahi kebaikan yang luas, tetapi disia-siakan. Maasyaa Allah...
Pemuda hari ini bukanlah pemuda yang memiliki missi besar, yang berpandangan jauh ke depan, yang bertanggung-jawab memikul amanah peradaban Islam, yang siap meletakkan hidupnya sebagai sebuah bata di antara ribuan bata konstruksi kehidupan Islami. Pemuda hari ini bukanlah mereka yang berjalan meniti lintasan perjuangan para pendahulu Salaf yang shaleh. Mereka justru terkurung dalam penjara-penjara budaya syahwat yang diciptakan Yahudi. Mereka terpenjara dalam lautan hedonisme yang melemahkan iman dan merusak moral.
Dalam kesepian jiwanya, di pojok kehampaan hidupnya, para pemuda itu bersenandung, “Ya, aku suka berjuang, aku militan, aku pembela keadilan. Tetapi aku lebih suka berjuang bersama akhwat, misalnya melalui SMS, chatting, e-mail, diskusi di internet, atau rapat bersama mereka sampai larut malam. Aku lebih enjoy berjihad bersama akhwat. Mereka memicu semangatku, membuatku termotivasi belajar, untuk mengejar nilai tinggi, serta mempersiapkan karier yang cemerlang. Inilah inti perjuanganku, inilah jihadku, demi mencapai Ridha Allah, demi fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah, waqina adzaban naar. Na’udzubillah... Sejauh itukah keadaan para pemuda kita? Hanya kepada Allah kita berharap karunia dan menyandarkan  pertolongan.
Selagi para pemuda itu tidak mau keluar dari dunia hedonismenya… Selagi mereka terus menghabiskan umur percuma… Selagi mereka tidak menyadari life style yang diciptakan Yahudi… Selagi mereka anti militansi untuk membela Islam… Selagi mereka menjalani hidup sebagai manusia-manusia tanpa jiwa… Maka akibatnya, suramlah masa depan Islam, suram nasib kehidupan manusia, bahkan suram juga masa depan mereka sendiri. Na'udzubillaah...